Welkomen This Is Me - The one and only Wina Anggari

And the stories begin ....

Saturday, May 26, 2012

Merah atau Biru, Itu Kamu...




Pelangi-pelangi alangkah indahmu/merah kuning hijau/di langit yang biru. Mejikuhibiniu, warna apakah yang Anda sukai? Atau apakah yang terlintas di benak Anda jika muncul warna ungu,  kebahagiaan atau kesedihan?
Ada banyak warna di dunia ini akan tetapi nampaknya beberapa warna sudah melekat pada tanda, simbol, bentuk atau benda tertentu.
Misalnya ketika saya bertanya pada teman-teman kecil saya: What is it red? mereka dengan lantang menjawab “Apple”. Kemudian ketika mereka saya minta untuk mewarnai gambar apel dan hati, sebagian besar dari mereka memberikan warna merah meskipun beberapa diantaranya juga memberikan warna pink atau biru. Sekedar iseng saya lalu bertanya kepada mereka alasan penggunaan beberapa jenis warna tersebut:
Target Pertama: Dinda (usia 6 tahun)
Kenapa diwarnain merah, Dinda#bukan nama sebenarnya#?kan ada apel hijau?” tanya saya.
Dinda #yang bukan nama sebenarnya# yang masih asyik dengan crayonnya,sembari mengusap dengan tangan satunya hidung yang memerah karena sedari tadi beringus, menjawabKarena apel itu merah Miss. Aku nggak suka apel hijau rasanya ngak enak.   Kemarin Mama aku beli apel merah banyak banget, belinya nggak disini Miss. Aku suka makan buah. Bla bla bla bla.
Sebaiknya saya mengganti subjek pertanyaan sebelum Dinda menceritakan jenis buah-buahan yang lain.
Saya kembali bertanya mengapa dia memilih warna merah untuk gambar hati. Beginilah jawabannya
Boneka tedy aku pegang hati warna merah Miss, lagian aku suka warna merah. Dirumah ada juga yang hatinya warna biru tapi aku ngak suka warna biru. Biru kan punya nya Mas Izhan #saudara laki-lakinya#Miss tau kan boneka yang warna pink, yang bawa hati?aku punya dua di rumah.  Bla  bla bla.
Ya sudah, dilanjutkan ya Dinda. Warnain yang bagus”,saya memutuskan mengakhiri percakapan ini karena Dinda seakan tidak ingin berhenti bernyanyi di hadapan saya #ha3. memang begitulah anak-anak, polos lucu dan menggemaskan.# (^o^)

Target Kedua: Ahsan (usia 6 tahun)
Kalau Ahsan kenapa apelnya warna hijau?” tanya saya pada anak laki-laki yang sedikit pendiam ini.
Aku nggak suka warna merah”. #Krik Krik Krik… tidak ada lanjutannya#. Jawaban yang singkat, jelas dan padat.
Mengapa warna hatinya biru? Ahsan suka warna biru?”. Dan dengan jawaban yang hampir senada, Ahsan mengatakan “iya”.#Lebih singkat dari yang pertama. Saya rasa cukup sampai disini mewawancarai dia# (*0*)

Mari kita kembali ke pembahasan awal, lalu kenapa apel dan hati lebih banyak identik dengan warna merah? Bagaimana dengan warna merah dan biru dimana terkadang merah dikaitkan dengan anak perempuan sementara biru dengan anak laki-laki#pengalaman penulis sewaktu memilih kado untuk anak teman#. Padahal dilihat secara kasat mata, warna biru lebih lembut dan cocok untuk menampilkan sisi feminim perempuan. Hal ini karena warna merah sudah melekat pada bentuk “hati”#dilihat dari warna organ ini# dan terlebih lagi hati berkaitan dengan perasaan, cinta, kasih sayang, kelembutan. Dan karena wanita lebih dekat dengan semua aspek tersebut maka warna merah kemudian menjadi sesuatu yang berhubungan dengan kaum hawa.  
Sebuah warna bisa dikaitkan dengan tanda, bentuk atau benda tertentu ketika dimunculkan. Hal ini dikarenakan sebelumnya telah mengalami serangkaian proses identifikasi. Ketika manusia melihat apel berwarna merah maka dengan tanpa sadar akan langsung mengidentifikasikan warna merah tersebut sebagai buah yang bersangkutan. Begitu juga dengan apel berwarna hijau, dimana otak akan menyimpan informasi tentang warna-warna apel ini. Jika kemudian individu yang bersangkutan menampilkan “berwarna merah” sebagai karakteristik apel, ini berhubungan dengan pilihan dan kecenderungan masing-masing orang (pilihan yang Subjective). #catatan: seringkali lingkungan dan budaya secara tidak langsung juga membentuk pola pilihan mereka (seperti pada kasus warna merah dan biru di atas)#.

Life is never flat#mengambil jingle iklan makanan ringan #.Serupa dengan kehidupan ini dimana berbagai masalah dan kesempatan datang silih berganti. Kita dituntut mengambil keputusan dari beberapa pilihan. Kita memahami ada banyak solusi yang bisa kita pertimbangkan dan beberapa dari itu memperlihatkan adanya keseragaman opsi#keseragaman= banyak orang memilihnya#. Akan tetapi, tidak setiap yang sama akan terasa sama, karena kita pada dasarnya diciptakan berbeda. Jalan yang kita tempuh juga pastinya berbeda. Nothing goes wrong if we choose to be different. (tidak ada yang salah jika kita memilih menjadi berbeda). Jadi jangan takut untuk menjalani sesuatu yang lain dari orang kebanyakan jika Anda merasa itu baik bagi Anda dan selama tidak bertentangan dengan norma agama.
Yang ingin saya garis bawahi disini adalah: Pilihlah apapun itu sesuai dengan hati nurani Anda#ups… saya bukan simpatisan salah satu parpol lho#. Ada berbagai warna (pilihan) dalam hidup ini dan apapun pilihan (warna) yang Anda ambil, itulah Anda. Jangan merasa terbebani karena pilihan Anda berbeda dari mereka.
Because Red or Blue, Its you … Semoga bermanfaat.

Thursday, May 24, 2012

Teachers Adalah Ed-5


Ini adalah bagian terakhir dari seri "Teachers Adalah". Semoga bermanfaat dan mohon maaf bila masih banyak tedapat kesalahan dalam tulisan saya. Apabila berkenan, mohon kritik dan sarannya juga ya. Gumawo n  Please enjoy :)
Bagian 7
Reassess and evaluate (R) atau penilaian dan evaluasi
            Penilaian dan evaluasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pembelajaran pada kurun waktu tertentu. Munthe (2009) memaparkan konsep tentang desain evaluasi pembelajaran dalam tiga hal yang meliputi test (tes), measurement (pengukuran) dan evaluation (evaluasi). Untuk pengajar pemula beberapa prosedur pembuatan silabus atau course outline, tugas-tugas atau assessment, serta format standar yang memuat kriteria-kriteria dalam penilaian terkesan rumit dan kompleks. Pengajar pemula bisa mendapat referensi dari buku-buku pembelajaran sebagai acuan untuk pembuatan desain penilaian dan evaluasi yang tentu saja penerapannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Mereka bisa belajar mengintegrasikan ketiga konsep desain evaluasi dengan perencanaan quiz (tes kecil), pre test atau post test sebagai bagian dari desain yang pertama. Kemudian menentukan indikator-indikator yang harus dicapai anak didik sebelum proses pemberian materi dan diakhir pembelajaran sebagai bagian dari pengukuran atau measurement yang nantinya membantu dalam memberikan penilaian yang lebih obyektif. Terakhir yaitu melaksanakan evaluasi atau ujian dengan mempertimbangkan kedua komponen sebelumnya.


Bagian 8
Sense of sincerity (S) atau perasaan ikhlas
            Love is to give and ask nothing for return (cinta itu memberi tanpa mengharapkan balasan). Keikhlasan untuk memberi dan menerima sering terlupakan ketika sebuah profesi sudah bersentuhan dengan kebendaan atau materi. Profesi guru memang bukanlah ladang basah pencapaian kekayaan materi tetapi profesi ini adalah ladang basah pencapaian kekayaan intelektual dan spiritual. Menjadi guru tidak selalu kaya raya tapi mereka kaya ilmu dan amal. Menyandang status sebagai fasilitator ilmu pasti dipenuhi dengan tantangan tetapi dengan meneguhkan perasaan ikhlas dihati, semuanya akan menjadi lebih mudah untuk dijalani.
Trust me…

Akhir
Our deepest fear is not that we are inadequate.
Our deepest fear is that we are powerful beyond measure.
It is our Light, not our darkness that most frightens us.
We ask ourselves, Who am I to be brilliant, gorgeous, talented, fabulous?
Actually, who are you not to be?
You are a child of God. Your playing small does not serve the world.
There is nothing enlightened about shrinking so that other people do not feel insecure around you
We were born to make manifest the glory of God that is within us.
And as we let our light shine, we unconsciously give other people permission to do the same.
As we liberated from our own fears, our presence automatically liberates others.
(“Akeelah and the Bee” the movie, mengutip puisi Marianne Williamson “Dream of this”)
            Terjemahan: ketakutan paling mendasar pada diri manusia bukanlah ketika mereka merasa tidak mampu tapi ketika mereka menyadari bahwa setiap dari mereka terlahir memiliki kekuatan luar biasa. Cahaya yang terpancar dari jiwa kita adalah sumber ketakutan kita dan bukan kegelapan yang selama ini membayangi kita. Yang kita butuhkan adalah melepaskan kekuatan yang sudah diberikan Tuhan kepada kita dengan menjadi diri sendiri dan bukan orang lain. Jika kita membebaskan diri dari ketakutan kita maka secara otomatis kehadiran kita juga membebaskan ketakutan-ketakutan manusia lainnnya.
            Kedelapan konsep diatas akan menjadi sesuatu yang menguap dengan sendirinya jika para guru pemula tidak memilki keberanian untuk mencoba mengaplikasikannya. Setiap manusia memilki ketakutan dan kecemasan abstrak terhadap sesuatu yang belum mereka jalani sebelumnya. Akan tetapi setiap dari mereka juga dianugerahi kekuatan untuk melawannya. Yang menjadi kunci dalam semua ini adalah keteguhan untuk jangan menyerah, terus berusaha, percaya pada kemampuan diri sendiri dan percaya pada kekuatan dan kekuasaanNya.
                                                                                                            Malang, Maret 2010
Referensi
Sukadi. (2009). Guru Powerful : Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu.
Munthe, Bermawi. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Teachers Adalah Ed-4


 Selanjutnya adalah seperti berikut ini:
Bagian 5
Host of fairness and honor (H) atau Penjunjung keadilan dan pemberi penghargaan
            Seperti telah disampaikan oleh Sukadi (2009) bahwa guru juga berperan sebagai pengatur lingkungan dalam proses belajar mengajar. Dalam mengatur dan menertibkan anak didiknya, aspek keadilan menjadi esensi penting yang mendorong terciptanya lingkungan belajar yang efektif dan kondusif. Prinsip keadilan ini meliputi keadilan dalam pemberian nilai atau obyektivitas, pemberian hukuman, pemberian perhatian, pemberian reward yang merupakan wujud nyata dari penghormatan dan penghargaan terhadap anak didiknya. Seringkali pengajar berat sebelah pada setiapnya dikarenakan keberagaman kondisi mental dan psikologis anak didiknya. Setiap dari mereka adalah unik dan kita sebagai guru wajib mengistimewakan tiap-tiap dari mereka. Akan tetapi pemberian penghargaan serta pengistimewaan tiap-tiapnya harus tetap berpedoman pada prinsip keadilan demi terselenggaranya keseimbangan dan keteraturan dalam proses pembelajaran.


Bagian 6
 Explorer habit (E) atau kebiasaan menjelajah
            Meskipun seorang pengajar pemula telah terbekali ilmu secara teoritis tetapi mereka tetap harus belajar meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan untuk menjadi guru efektif. Oleh karena itu, sebaiknya para pemula ini harus sedini mungkin menanamkan kebiasaan untuk menjelajah ilmu pengetahuan. Kebiasaan ini akan mendorong mereka untuk menjadi: Learner from and by other (pembelajar dari orang atau hal lain), Updater information (pengupdate informasi baru) serta Education Community Membership (menjadi anggota komunitas pendidikan). Untuk menjadi Learner from and by other, pengajar pemula bisa belajar dari teman sejawat ataupun senior, menerapkan literature study dengan pembelajaran otodidak dari buku-buku bergenre pendidikan ataupun buku-buku psikologis serta buku lain yang relevan, belajar dari dunia luar melalui media massa, film, seminar, workshop atau pelatihan-pelatihan pendidikan. Contoh pembelajaran melalui film misalnya dari film drama seri Jepang berjudul Gokusen. Film ini menceritakan bagaimana perjuangan seorang guru pemula yang harus beradaptasi dengan kerasnya lingkungan kerjanya di sebuah SMU yang terkenal dengan praktek bullying nya baik terhadap sesama siswa maupun pada guru-gurunya. Cerita bermula ketika seorang gadis yang merupakan cucu dari pemimpin Yakuza menjadi guru matematika baru di sekolah tersebut dan ditempatkan pada satu kelas dimana didalamnya banyak dihuni anak-anak pemberontak, pembangkang yang tidak hormat pada guru-gurunya. Sebenarnya dengan memanfaatkan latar belakang Yakuza yang dimilikinya, guru muda ini bisa saja dengan mudah menertibkan anak didiknya tapi dia memilih melakukannya sendiri tanpa bantuan gengnya. Pelajaran moral yang bisa dipetik adalah setiap orang mempunyai power atau kekuatan besar untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup dengan atau tanpa kekuasaan orang lain yang mendukungnya dari belakang. Menjadi guru adalah pekerjaan yang penuh tantangan seperti halnya profesi-profesi lainnya dan jiwa-jiwa yang tertantang masih punya banyak kesempatan untuk mengatasi itu semua. Updater information menuntut pengajar untuk menjelajah baik dunia nyata atau maya dan mengharuskan selalu peka terhadap informasi dan isu-isu global terkini serta perubahan-perubahan disekitarnya. Education Community Membership menganjurkan mereka untuk bergabung pada milist atau komunitas-komunitas seperti Sangguru Community, Klubguruindonesia, dunia guru atau komunitas-komunitas pendidikan lainnya. Keanggotaan kita dalam komunitas tersebut akan banyak memberikan manfaat dan kontribusi dalam peningkatan kredibilitas kita sebagai guru karena komunitas ini akan secara periodik memposting artikel-artikel baru seputar dunia pendidikan kepada para membernya.

Sunday, May 20, 2012

Teachers Adalah Ed-3


Ini dia lanjutannya (selamat membaca ya)
Bagian 3
Assimilate roles (A) atau asimilasi berbagai peran
            Seorang guru mempunyai banyak peran, tidak hanya sebagai seorang pengajar tetapi juga sebagai orang tua, teman, kakak bahkan seorang motivator bagi anak didiknya serta peran-peran lain yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya. Sukadi (2009:19) mengutip Adam dan Decey dalam buku mereka Basic Principles of Student Teaching mengatakan bahwa dalam proses belajar-mengajar, guru memiliki berbagai peran, diantaranya sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengantar lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan konselor. Dengan berbagai peran ganda yang harus dijalani, seorang guru sering mengalami stress terlebih lagi pada guru pemula yang masih mengerucutkan  konsep pemikiran dan pengetahuannya sebagai pengajar semata Sebagai pendidik, pengasimilasian peran ini harus diperhatikan. Anak didik diibaratkan kertas yang masih kosong dan guru adalah pengisi dan pemberi warna didalamnya. Pemberian warna yang berbeda pada masing-masing kertas dan gradasi yang ditimbulkan akan mengubahnya menjadi sebuah mahakarya yang luar biasa. Disini guru dituntut untuk memainkan berbagai macam warna. Dengan kata lain, guru harus bisa secara fleksibel berperan ganda yang disesuaikan keadaan anak didiknya. Satu hal yang perlu ditekankan, pengasimilasian ini tetap tidak bisa mengubah perbedaan peran dan kedudukan antara seorang guru dan anak didik. Kedua pihak tidak diperkenankan saling melampaui batas yang sudah ditetapkan, dalam hal ini berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing.

Bagian 4
Characterization and self-awareness (C) atau karakterisasi dan kesadaran dari diri sendiri
            Menurut Sukadi (2009) seorang guru efektif memiliki dua puluh ciri kepribadian yaitu: memiliki stabilitas emosi, percaya diri (optimis), memiliki kesabaran, sederhana, tahu batas, adil, realistis, humoris, berpenampilan tenang, antusias (bersemangat), menghargai peserta didik, selalu mawas diri, berpikir positif, disiplin, bertanggung jawab, berwibawa, perhatian terhadap siswa, selalu belajar, membangun citra diri sehat para siswanya, berpenampilan menarik. Pada intinya berkutat pada bagaimana seorang figur guru menampilkan sisi positif mereka dihadapan anak didiknya. Dan yang lebih krusial adalah self awareness atau kesadaran terhadap diri sendiri. Kesadaran ini meliputi pemahaman tentang kekurangan dan kelebihan diri sendiri sebagai seorang guru serta bagaimana menempatkan pada porsi yang tepat sebagai seorang pendidik. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk membentuk aura positif yaitu Appereance atau penampilan, Attitude atau sikap dan pembawaan, serta Aptitude atau  keahlian.
            Appereance berkaitan dengan penampilan keseharian guru ketika mengajar. Disadari atau tidak penampilan serta gaya berbusana seorang guru berpengaruh terutama selama kegiatan belajar mengajar. Ketika para pengajar ini berpakaian secara berlebihan dan tidak pada tempatnya akan cenderung menimbulkan berbagai reaksi dari anak didiknya baik secara terang-terangan atau tersembunyi. Konsentrasi anak didik akan terpecah diantara ketertiban mendengarkan penjelasan guru mereka dengan kesenangan mengomentari penampilan guru mereka saat proses belajar mengajar berlangsung. Seperti disebutkan diatas bahwa seorang guru memang harus berpenampilan menarik tetapi banyak yang kemudian salah menafsirkan bahwa menarik berarti harus bergaya busana yang lain daripada yang lain setidaknya terlihat lebih dibanding sejawatnya.  Menarik adalah ketika ada kesesuaian, keselarasan dan ini bisa tercermin dari kesederhanaan. Guru yang berpenampilan menarik adalah yang berpakaian sederhana, sopan serta mengetahui batas atau etika dalam berbusana.
            Attitude berhubungan dengan sikap atau pembawaan seorang pengajar seperti sifat sabar, berwibawa, penampilan tenang, humoris dan seterusnya. Tidak ada manusia yang terlahir dengan semua pembawaan positif diatas akan tetapi semua mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih baik. Pembawaan seorang guru mendorong anak didiknya memberikan apresiasi terhadapnya. Apresiasi yang positif berbentuk penghargaan serta kecenderungan untuk menghormati dan menaati perintah gurunya sedangkan apresiasi negatif berupa perlawanan serta keengganan untuk menghargai dan melaksanakan perintah gurunya. Apresiasi inilah yang juga mendukung keefektivan proses pembelajaran.
            Aptitude mengacu pada skill atau keahlian yang dimiliki seorang pengajar yang relevan dalam proses pembelajaran misalnya keahlian dalam mengontrol emosi, mengatur kelas, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dan lain-lain. Keahlian-keahlian seperti ini sangat penting Karena salah satu faktor pendukung terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif bersumber dari keahlian dan performa guru di dalam kelas. Penampilan dan pembawaan memang mutlak harus dimiliki pengajar tetapi kedua hal tersebut tidak banyak memberikan sumbangsih dalam pelaksanaan pembelajaran efektif jikalau pengajar bersangkutan tidak memiliki aptitude yang baik.
            Ketiga hal tersebut (appereance, attitude serta aptitude) bisa dijadikan acuan untuk menempatkan kekurangan dan kelebihan kita pada porsi yang tepat, sewajarnya dan seharusnya saja. Diharapkan dengan mendalaminya akan lebih mudah bagi pengajar pemula untuk memunculkan aura positif mereka.

Wednesday, May 16, 2012

Teachers Adalah Ed-2


Bagian Pertama
Teritorial understanding (T) atau pemahaman wilayah kerja
            Hal pertama yang harus ditekankan sebelum proses pembelajaran dimulai adalah pemahaman terhadap wilayah atau tertitorial understanding. Hal ini meliputi pemahaman dan penguasaan materi oleh pengajar yang bersangkutan, keadaan lingkungan pembelajaran, serta perkembangan psikologis anak-anak didiknya. Untuk pemahaman dan penguasaan materi, pengajar bisa menerapkan konsep literature study dengan menggunakan beberapa buku yang relevan dalam proses pembelajaran. Kemudian untuk pemahaman atas keadaan lingkungan pembelajaran dalam kaitannya dengan perkembangan psikologis anak didik, pengajar bisa melakukan field study atau studi lapangan. Disini pengajar bertindak sebagai peneliti yang terjun langsung dalam proses pengidentifikasian karakteristik masing-masing anak didiknya, bagaimana ketersediaan alat-alat bantu pendidikan serta kekondusifan lingkungan menunjang keefektifan proses pembelajaran. Pengajar bisa menggunakan catatan anekdot atau catatan kecil untuk kemudian mengubahnya menjadi laporan yang lebih sistematis. Dari catatan-catatan ini selanjutnya digunakan sebagai bahan evaluasi. Meskipun dalam field study orientasi pengajar lebih terfokus pada keadaan realitas dilapangan, penggunaan buku-buku psikologis atau buku-buku tentang pengajaran akan sangat membantu dalam mengindikasikan beberapa temuan dilapangan.

Bagian Kedua
Elaborate learning (E) atau pembelajaran terpadu dan menyeluruh
            Langkah selanjutnya setelah mengetahui dan memetakan keadaaan peserta didik, pengajar pemula harus menyusun perihal model pembelajaran yang akan dijalankannya. Sebagai rujukan, pengajar bisa menerapkan konsep C I E P Learning yang terbagi atas: Creative, Innovative, Educative dan Productive Learning. Creative Learning berhubungan dengan pembaharuan yang dilakukan pengajar dalam pemberian materi kepada anak didiknya. Pengajar memang tidak dituntut melakukan perubahan secara drastis terhadap penggunaan cara lama oleh pengajar-pengajar yang lebih senior tetapi pengajar pemula bisa melakukan pengembangan atau improvisasi terhadap cara penyajian materi terdahulu. Dalam hal ini, penggunaan peta konsep atau mind mapping serta penerapan Cross Combo Strategies yaitu penggunaan strategi lama dan strategi baru secara bersamaan untuk pemahaman yang lebih komprehensif, dapat dijadikan acuan dalam pendesainan Creative Learning. Innovative Learning mengacu pada pengefektifan penggunaan media-media yang bisa menunjang pengajar dalam penyampaian materi. Keleluasaan dalam mengakses informasi dari berbagai media massa bisa dimanfaatkan pengajar untuk menerapkan Innovative Learning yaitu suatu pembelajaran yang tidak hanya terpusat pada buku teks saja tetapi juga berorientasi pada hal-hal diluar ranah disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah formal (students have to think outside the box). Sisi positif dari sistem ini adalah baik pengajar maupun anak didik dituntut untuk jeli dan tanggap terhadap keadaan dan pereubahan lingkungan sekitarnya. Educative Learning masih berkaitan dengan kedua konsep sebelumnya, terutama dalam penerapannya. Tingkat kekritisan serta kepekaan anak didik dalam menanggapi impuls atau rangsangan terutama yang berhubungan dengan keilmuan tidak bisa serta merta di generalisasikan karena setiap anak dilahirkan mempunyai kemampuan kognitif serta psikomotorik yang berbeda antara satu dan lainya.  Dan karena ini juga seringkali tidak muncul dengan sendirinya, keduanya harus dirangsang dengan metode pembelajaran educative learning yaitu sistem pembelajaran dalam rangka menajamkan kepekaan dan kekritisan anak terhadap materi-materi yang mereka terima. Kepekaan dan kekritisan bisa dirangsang lewat pemberian studi kasus sebelum suatu materi disajikan. Pengajar menerapkan model komunikasi dua arah dengan dialog yang juga melibatkan anak didik. Anak didik akan dengan sendirinya merespon dan kemudian mengintegrasikan seluruh informasi yang didapat dari buku maupun dari luar meskipun tidak semua dari mereka mampu mewujudkannya dalam bentuk bahasa verbal atau lisan. Sekali lagi kepekaan serta kekritisan itu tidak serta merta muncul tetapi melalui proses yang terus-menerus diasah. Productive Learning lebih terpusat pada model pembelajaran yang merangsang produktivitas anak dengan menggabungkan antara kemampuan kognitif serta kemampuan afektif yang berhubungan dengan kepekaan terhadap impuls dalam rangka menghasilkan sesuatu yang lebih konkrit. Anak didik didorong untuk memahami materi secara keseluruhan dalam suatu kegiatan yang bisa mengembangkan daya kreativitas serta imajinasi mereka untuk menghasilkan sesuatu misalnya berupa kegiatan bertema recycle dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar peserta didik.
To be continued ..... (berandai-andai ini artikel bisa striping kayak sinetron-sinetron.hehehe)

Teachers Adalah Ed-1


Awal
So little time
Try to understand that I’m
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody’s changing
And I don’t feel the same
                (Keane band, “everybody changing”)
                Semua sedang berubah akan tetapi aku tidak merasakan hal (perubahan) yang sama. Setiap dari kita yang baru memasuki dunia baru pasti akan merasakannya. Sepenggal lirik diatas mungkin bisa mewakili dilema psikologis yang dialami oleh para guru pemula. Secara teoritis mereka memang telah terbekali dengan kompetensi dan keahlian yang mutlak dibutuhkan untuk menjadi seorang pengajar tetapi dilihat dari segi pengalaman, mereka bisa diibaratkan sedang mengalami masa transformasi. Bisa diambil sebagai contoh adalah fase hidup sebuah telur hingga menjadi anak ayam. Dua puluh satu hari dalam eraman dan peraduan induknya adalah tahapan yang penting dalam pembentukan struktur dan fungsi fisiologis seekor ayam. Meskipun memiliki kelengkapan struktur dan fungsi organ-organnya, anak ayam tetap harus belajar untuk bertahan hidup. Dia kemudian menjadi plagiat si induk, melihat sekumpulannya dan belajar juga dari mereka untuk mengambangkan nalurinya dalam membaca situasi. Hal ini mirip dengan penerapan 5W+1H dalam pelajaran Bahasa Inggris yaitu mengidentifikasi aspek-aspek seperti kapan, dimana, mengapa, siapa, dan lainnya. Meskipun pola pemikiran nya tidak serumit dan sedetil itu.
            Seorang guru pemula juga mengalami tahapan yang kurang lebih serupa dengan pengalaman seekor anak ayam pada masa-masa primordial awal kehidupannya. Hal ini lebih disebabkan adanya suatu ketidakseimbangan yang dirasakan akibat perubahan-perubahan eksternal dan internal yang mereka alami. Perubahan internal meliputi: perubahan pola pikir, orientasi karir, masa depan dan pandangan hidup. Perubahan eksternal meliputi: perubahan lingkungan, pola interaksi, peran dan tuntutan sosial. Beberapa perubahan masih menawarkan toleransi untuk bisa diminimalkan dampaknya dengan menerapkan pola adaptasi. Akan tetapi seringkali perubahan-perubahan yang drastis ini memicu terjadinya stres. Ini dikarenakan pada dasarnya otak manusia memang terprogram untuk terus merespon berbagai perubahan. Otak manusia akan memproses dan mengintegrasikan informasi tentang perubahan yang dialaminya dalam sebuah proses berpikir yang akhirnya menghasilkan sebuah ide. Dari sinilah permasalahn timbul karena hasil pemikiran tidak selalu sejalan dengan ego dan perasaan yang juga melekat dalam diri manusia. Perbenturan-perbenturan esensi ini yang menimbulkan ketidakseimbangan sebagai pemicu stres.
            Menjadi guru tidak akan pernah mudah, bahkan bagi mereka yang sudah berkecimpung dalam kurun waktu yang lama. Menurut falsafah orang jawa, guru sebagai orang yang “Digugu lan ditiru” yang berarti harus dipatuhi serta dicontoh. Ada juga pepatah lainnya yang menyatakan “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Kedua stereotip inilah yang membudayakan dan mencitrakan guru sebagai sosok yang mulia sekaligus sempurna untuk menjadi pencerdas, teladan dan mediator ilmu. Namun kenyataan dilapangan dibarengi dengan tingginya tuntutan dari berbagai pihak kepada mereka, menimbulkan ketidakmaksimalan dalam pencapaian keefektifan pembelajaran. Guru harus berjibaku juga dengan masalah-masalah dilapangan baik teknis maupaun non teknis selain harus tetap konsisten dalam pemberian materi demi pencapain target tertentu yang dalam hal ini erat kaitannya dengan prestasi serta keberhasilan anak didiknya. Namun disinilah letak tantantangan dan prestise menjadi guru. Berikut ini adalah artikel yang mudah-mudahan bisa memberikan wacana dalam mengatasi kebimbangan yang dialami oleh para guru pemula dengan memperkenalkan konsep TEACHERS yaitu meliputi Teritorial understanding, Elaborate learning, Assimilate roles, Characterization and self-awareness, Host of fairness and honor, Explorer habit, Reassess and evaluate dan yang terakhir Sense of sincerity.
Note: Ini adalah seri pertama, untuk seri berikutnya ditandai dengan judul yang sama tetapi Ed yang berbeda (Ed-2, Ed-3, dst). Selamat membaca

Wednesday, May 9, 2012

Sepatu Jung Il Woo


Pernahkan Anda melihat film berjudul “49 Days”?#Jika Anda Korean drama mania pasti sudah menyaksikan film drama yang di negara asalnya disiarkan oleh station TV KBS ini#. Ingatkah Anda dengan salah satu tokoh didalamnya yaitu “Scheduler” atau malaikat penyabut nyawa yang cute dan juga stylish, diperankan oleh Jung Il Woo. Wow….this oppa is so damn cute#sepertinya tipe saya bangetz he3#. Sekedar catatan saya melihat episode 19 drama seri ini selama lebih dari 3 kali hanya karena di sana terdapat banyak adegan yang menampilkan si oppa.
Hal inilah juga yang membuat saya tergerak untuk melihat aksi teman dekat Lee Min Ho dan Kim Bum ini dalam serial drama berjudul “Flower Boys Ramen Shop”# karena belum di tayangkan di sini, maka saya rela mendownload drama seri 16 episode ini demi memuaskan  rasa penasarannya saya#.
Entah karena terlalu terpana dengan si aktor, pandangan saya kemudian mulai menerawang style oppa Il Woo,mulai dari gaya rambut, busana, gesture # efek dari demam K-pop juga#. Tak dinyana tak diduga, ada hal unik yang saya temukan disana. Percaya atau tidak, oppa ini menggunakan sepatu dengan jenis, model, warna dan corak khas yang sama. Berikut ini adalah gambar yang saya ambil dari kedua film tersebut.
 Pic 1.Jung Il Woo dalam "49 Days" episode 19









Pic 2. Jung Il Woo dalam "Flower Boys Ramen Shop" episode 15


 
Kedua gambar menunjukkan Il Woo menggunakan sepatu yang pada salah satu sisinya terdapat  tanda biru dan semacam tulisan di bagian bawah sepatu. Terlepas dari adanya unsur kesengajaan atau tidak, penggunaan atribut tertentu bisa berpengaruh terhadap karakter yang bersangkutan. Hal ini bisa memperkuat karakter atau juga bisa memunculkan kesan yang berbeda dari image yang terlihat. Misalkan malaikat penyabut nyawa (di dalam “49Days”) yang konon sering diilustrasikan sebagai sosok sangar berbaju hitam, disini dicitrakan sebagai seseorang berparas rupawan dengan pakaian yang modis dan sepatu kets. Dan yang terlihat kemudian disini adalah terpinggirkannya unsur dan kesan menyeramkam.
Ketika melihat Jung Il Woo dan sepatu kets#khusus yg digunakan pada kedua film di atas#, kesan yang muncul adalah saya melihat dia sebagai sosok Sersan (serius tapi santai), flexible seperti sepatu yang dikenakannya, humoris, easy going dan jauh dari kesan angkuh.#jadinya yang muncul baik-baiknya saja,tapi tidak apa-apa khan. hehehe#. Padahal kedua karakter yang diperankannya sama-sama sudah mempunyai citra yang melekat kuat. Malaikat penyabut nyawa yang identik dengan hal-hal seram serta Anak pengusaha terkaya di Korea yang seharusnya digambarkan menggunakan barang-barang bermerk tetapi tidak disangka menggunakan sepatu kets sedikit kucel dan bermotif di salah satu sisinya . (lihat gambar ke 2)
Memang ada pepatah “Don’t judge a book by its cover” (jangan melihat seseorang dari penampilan luarnya saja) akan tetapi alangkah baiknya kita juga lebih memperhatikan penampilan kita. Karena terkadang dari hal-hal kecil atau apa yang kita gunakan secara tidak langsung dan tanpa kita sadar akan menvisualisasikan karakter kita.

Pic. Jung Il Woo's song "Person Like You" - ost Flower Boys Ramen Shop



Tuesday, May 8, 2012

Cerita Anak Ayam Prematur

Kisah ini terjadi karena kebiasaan ayam betina di rumah saya yang menolak untuk mengerami telur-telurnya. Si ayam (sebut saja Miss Chi) dengan sengaja menggelindingkan telur yang baru saja keluar dari rahimnya #rahim? Sejak kapan?he3. kita hilangkan saja istilah medis ini#. Jika tidak begitu, si ayam yang masih ababil ini langsung mematuk telur yang baru saja keluar #Ababil aka abg labil, istilah ini saya gunakan karena ayam ini memang baru- baru ini merasakan prosesi bertelur#.
Pada suatu ketika, Miss Chi seperti biasa mulai berdendang dengan suara altonya, seperti layaknya seorang kontestan yang ikut ajang pencarian bakat tarik suara. Namun kali ini irama rock lebih kental. Kwok.. kwok.. kwook.. kokokokok…kwoook #kira-kira seperti itulah suaranya, harap diimajinasikan sendiri ya#
“ Nduk , pasti ayamnya lagi bertelur”, begitu kata Ibu saya dengan yakinnya.
“ Kok tau Bu? Kan udah biasa ayam petok-petok gitu setiap hari” balasku heran.
Ibu dengan sigap bergegas menuju asal suara itu yaitu kandang si Miss Chi. Beliau seperti anggota pasukan pemadam kebakaran yang sedang bertugas, “ Telat sedikit, pasti sudah di patok nanti telurnya”, tambah Ibu saya. Untungnya telur berhasil diselamatkan #Mission complete#. Ibu saya kemudian meletakkan telur yang selamat itu bersama rekan sejawatnya yang sudah ada sebelumnya . Tiba-tiba salah satu telur senior berlubang, Ibu mencoba melongok ke dalam dari lubang yang sempit seukuran kelingking manusia itu. Rupanya di sana ada anak ayam, karena si ayam tidak bisa memecahkan cangkangnya maka Ibu saya membantunya . Nah, menetaslah anak ayam prematur itu.
Ketika Ibu saya mengoyangkan goyangkan tubuhnya yang ringkih, tidak ada respon berarti. Ayah saya memutuskan untuk menginkubator anak ayam itu. Jangan dibayangkan kalau inkubator pemanas di rumah kami modern. Ruang pemanas ini hanya sebuah kotak kayu berdinding triplek yang dipasangi lampu kecil berdaya 5 watt.
Beberapa jam meringkuk disana, bayi ayam prematur itu mulai menunujukkan tanda-tanda membaik meskipun masih belum bisa membuka matanya. Dan meskipun badannya mengigil pelan, tapi setidaknya dia masih mampu bertahan dengan kondisinya.
Belajar dari kisah anak ayam prematur. Live is too short for complaining, terus berusaha dan jangan menyiakan setiap kesempatan yang sudah Tuhan berikan pada kita. Mengutip kata yang sering digunakan cherry belle”Apa kabarmu hari ini?” “ ISTIMEWA”. Jadikan setiap harimu istimewa se istimewanya dirimu yang telah diciptakan oleh Sang Pencipta.
Terus melangkah, berusaha, selalu bersyukur dan tetap berjalan dalam syariatNya.