Anyeong Haseo #he3. tetep aja Korean nya nggak ketinggalan
#. Membaca headernya saja “ When Jury met Jerry”
mungkin mengingatkan kita pada salah satu film Holywood dengan judul
yang hampir sama, akan tetapi tulisan saya kali ini benar-benar kisah nyata dan
bukan bagian dari film manapun. #bukan
juga bagian dari kartun Tom and Jerry#. Cerita ini bukanlah fiktif belaka
dan apabila terdapat kesamaan nama tokoh dan tempat, itu hanyalah kebetulan
semata. # Duilee mirip kaya yang ada di
tipi-tipi yak#.
“When Jury met Jerry”
terinspirasi dari pengalaman saya beberapa waktu lalu menjadi salah satu juri
sebuah lomba Spelling Bahasa Inggris untuk tingkat Sekolah Dasar. Saya adalah the
Jury dan Met = bertemu Jerry =
anak-anak kecil yang lucu-lucu dan menggemaskan #Nah, begitulah makna “kira-kira” judul tulisan ini. Sedikit dipaksakan
sih.Namanya juga makna “kira-kira” Kwkkwk#. Tetapi, semoga saja isi tulisan
ini bermanfaat dan menghibur bagi pembaca. :)
Ini adalah cerita pengalaman
pertama saya menjadi juri #dan sepertinya
akan menjadi yang terakhir juga.:(#. Saya menjadi sangat gugup menjelang
Hari - H, meskipun demikian saya mencoba tetap tenang dan bertindak
seprofesional mungkin. # Sesekali membayangkan,
apakah saya akan se keren seperti para juri Indonesian Idol, IMB, Idola Cilik
atau juri ajang-ajang pencarian bakat yang lainnya. xixixi#.
Sementara itu jam sudah
menunjukkan pukul 7:00 tepat ketika kami (saya-juri junior- bersama dua juri
senior lainnya) memulai gong perlombaan. Ada sekitar seratus peserta yang antusias
mengikuti lomba ini. Setiap sepuluh orang
peserta (dimulai dari nomor urut terkecil) memasuki ruangan, selanjutnya satu persatu secara
bergantian dipersilahkan naik ke panggung dan mulai menunjuk, menyebutkan dan
mengeja anggota tubuh mereka. Tema lomba ini adalah Mentioning and Spelling
Part of the Body dalam waktu 3 menit. Dan kelucuan demi kelucuan tertangkap oleh mata saya sejak
peserta lomba pertama menginjakkan kaki di panggung. #cekidot#
Banyak yang dengan gaya
malu-malu berjalan menuju panggung. Ada yang masuk setelah sebelumnya beradegan tarik menarik dengan ibunya karena
takut ditinggal sang bunda. Ada yang dengan lancar menyebut bagian tubuhnya
tanpa melakukan gerakan menunjuk, sehingga saya beberapa kali
menggerak-gerakkan tangan saya menyentuh hidung mata kepala telinga untuk
mengingatkan peserta agar selain menyebutkan juga menunjuknya. Sayangnya,
beberapa diantara mereka tidak melihat kearah saya. #para
pengantar yang mengintip dari jendela mungkin berpikir juri paling pojok- yang tidak lain tidak bukan adalah saya-
sedang melakukan bahasa isyarat atau kode-kode rahasia. Hadeh#.
Tidak sedikit yang diam
mematung selama beberapa menit #bila
dalam cerita komedi langsung ada backsound suara jangkrik :kriiik kriiik kriik#.
Banyaknya pengucapan kata-kata yang membuat saya tersenyum seperti: /ais bro/ untuk eyebrow # mengucap ‘brow” seperti gaya menyapa temannya “hai bro”#. Ada
cerita lucu tentang panggilan “Bro” yang
sedang nge-trend ini. Ternyata pada suatu ketika ibu saya pernah menjumpai
beberapa ibu-ibu juga menggunakan sebutan ”Bro”
untuk menyapa teman-temannya sesama ibu-ibu. Anda bisa membayangkan bagaimana
para ibu-ibu tersebut bercakap-cakap
“ Hai bro, yuk arisan PKK bro”. #Bisa-bisa mereka
bakalan ikutan “Ciyus”- “Miapah”. kwkwkwkw#. Selain itu juga terdapat
pengucapan /lig/ untuk leg, /tum/ untuk thumb, /mut/ untuk Mouth . Kesalahan
dalam menyebutkan apa yang ditunjuk seperti menyebut “bottom” saat memegang
pundak atau memegang pinggang sambil
menyebut “shoulder”. #Well, anak-anak ini
tetap lucu terlepas dari kesalahan yang mereka lakukan pada saat perform. Saya
begitu mengapresiasi keberanian mereka. They are excellent children#.
Kelucuan mereka tidak
berhenti, bahkan gerakan mereka di panggung juga mengundang senyum simpul saya.
#hmmmm, senyum simpul, berasa manis aje
neng#. Ada yang beraksi sambil bergoyang- goyang kekiri dan kekanan, ada
yang seperti sedang mencari benda yang hilang saat menyisir badannya bolak
balik dari atas ke bawah- sekiranya ada bagian tubuh yang belum disebutkan,
bahkan ada anak yang seperti sedang melakukan senam irama bertempo cepat ketika
menunjuk anggota badan, menyebutkan dan
dengan benar mengejanya. # catatan untuk
peserta ini: saya menghentak-hentakkan
kaki sembari mengangguk-angguk seakan sedang mengikuti bagian inti dalam senam
aerobik, dengan ritme 1 2 3 4, 1 2 3 4. Tanpa pemanasan sebelumnya tentunya. ngosh ngosh#.
Kejadian diluar ruangan
tidak kalah mengusik benak saya. Sementara di dalam beberapa peserta tampil,
salah satu peserta yang menunggu giliran melongok ke jendela sambil
berteriak-teriak” Wah ada Miss Wina.
#Wow, saya berpikir, saya popular juga ya.
Uhuy#. Anak laki-laki tersebut terus saja berteriak “ Miss Wina, Itu lho Miss Wina, ada Miss Wina. Iya, yang itu yang di
pojok. He eh, itu Miss Wina” katanya
terdengar seperti sedang berbincang dengan temannya.#saya jadi merasa bak artis dadakan.Suit suit#. Saya kemudian
berpikir pasti dia adalah salah satu anak didik saya di lembaga tempat saya
bekerja. Dan benar saja, belakangan baru saya ketahui bahwa tebakan saya itu
tidak meleset. Mungkin kehebohan yang dilakukan anak itu sesuatu yang biasa
saja akan tetapi saya terharu karena setidaknya ada yang mengenali saya. hick3
. Dan mengalunlah lagu “Don’t cry… Don’t
be shy… Kamu Cantik Apa Adanya” #Lho,
nggak nyambung#. Entah mengapa lagu ini selalu hadir diingatan ketika
saya teringat akan polah tingkah lucu anak-anak didik saya.
Kembali lagi ke acara,
setelah sekitar kurang lebih 6 jam akhirnya perlombaan selesai. Akhirnya
diputuskan beberapa nama yang menjadi juara pertama, kedua, harapan satu,
harapan dua serta harapan tiga. Ada hal yang sedikit menggelitik juga yang
tejadi sebelum saya pulang ke rumah. Di dalam pengumuman lomba yang akan dipasang
oleh pihak penyelenggara, harus disertai dengan tanda tangan salah satu juri. Dan
karena juri yang lain memiliki kepentingan setelah acara lomba, maka saya yang
ditunjuk untuk menandatangani. Di dalam lembar tersebut tercantum nama dan
gelar saya dan karena nama saya yang lumayan panjang, maka kata ketiga dalam
nama saya disingkat sehingga hasilnya menjadi seperti ini: Wina P**** A,SS. Saya tidak terlalu memperhatikan ketika saya
membubuhkan tanda tangan. Akan tetapi selang beberapa saat kemudian saya
menyadari bahwa singkatan Anya tidak menggunakan titik sehingga sekilas seperti
membentuk kata yang kurang sopan disebutkan . #Fyuuuh… sepertinya tidak akan apa-apa?karena “unconsciously and
unintentionally to write that”#.
Finally,
my duty as a jury was over = Tugas saya menjadi juri telah
berakhir. Akan tetapi, banyak hal yang bisa
saya pelajari dari pengalaman ini. Semangat dan keberanian para peserta yang
notabene masih sangat muda ini. Yang tidak kalah penting adalah pembelajaran arti
sebuah tanggung jawab. Sebagai juri kita bertugas menilai, memutuskan yang
terbaik diantaranya serta bertanggung jawab terhadap keputusan yang sudah
diambil. Dan apapun keputusan kita, kelak akan dimintai pertanggungjawaban. #ini yang membuat saya bergidik, resah
gelisah sebelum perlombaan.hehehe#.
Pembelajaran yang
didapat hari ini: bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini akan diminta pertanggung
jawabannya kelak. Sehingga kita harus berusaha sebaik-baiknya dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab kita.
Akhir kata: Cekap Semanten dan Terima kasih sudah membaca. :)