Welkomen This Is Me - The one and only Wina Anggari

And the stories begin ....

Tuesday, February 19, 2013

When Jury Met Jerry



Anyeong Haseo #he3. tetep aja Korean nya nggak ketinggalan #. Membaca  headernya  saja “ When Jury met Jerry  mungkin mengingatkan kita pada salah satu film Holywood dengan judul yang hampir sama, akan tetapi tulisan saya kali ini benar-benar kisah nyata dan bukan bagian dari film manapun. #bukan juga bagian dari kartun Tom and Jerry#. Cerita ini bukanlah fiktif belaka dan apabila terdapat kesamaan nama tokoh dan tempat, itu hanyalah kebetulan semata. # Duilee mirip kaya yang ada di tipi-tipi yak#.

When Jury met Jerry” terinspirasi dari pengalaman saya beberapa waktu lalu menjadi salah satu juri sebuah lomba Spelling Bahasa Inggris untuk tingkat Sekolah Dasar. Saya adalah the Jury dan Met = bertemu Jerry = anak-anak kecil yang lucu-lucu dan menggemaskan #Nah, begitulah makna “kira-kira” judul tulisan ini. Sedikit dipaksakan sih.Namanya juga makna “kira-kira” Kwkkwk#. Tetapi, semoga saja isi tulisan ini bermanfaat dan menghibur bagi pembaca. :)

Ini adalah cerita pengalaman pertama saya menjadi juri #dan sepertinya akan menjadi yang terakhir juga.:(#. Saya menjadi sangat gugup menjelang Hari - H, meskipun demikian saya mencoba tetap tenang dan bertindak seprofesional mungkin. # Sesekali membayangkan, apakah saya akan se keren seperti para juri Indonesian Idol, IMB, Idola Cilik atau juri ajang-ajang pencarian bakat yang lainnya. xixixi#.

Sementara itu jam sudah menunjukkan pukul 7:00 tepat ketika kami (saya-juri junior- bersama dua juri senior lainnya) memulai gong perlombaan. Ada sekitar seratus peserta yang antusias mengikuti lomba ini.  Setiap sepuluh orang peserta (dimulai dari nomor urut terkecil)  memasuki ruangan, selanjutnya satu persatu secara bergantian dipersilahkan naik ke panggung dan mulai menunjuk, menyebutkan dan mengeja anggota tubuh mereka. Tema lomba ini adalah Mentioning and Spelling Part of the Body dalam waktu 3 menit. Dan kelucuan demi kelucuan tertangkap oleh mata saya sejak peserta lomba pertama menginjakkan kaki di panggung.  #cekidot#

Banyak yang dengan gaya malu-malu berjalan menuju panggung. Ada yang masuk setelah sebelumnya  beradegan tarik menarik dengan ibunya karena takut ditinggal sang bunda. Ada yang dengan lancar menyebut bagian tubuhnya tanpa melakukan gerakan menunjuk, sehingga saya beberapa kali menggerak-gerakkan tangan saya menyentuh hidung mata kepala telinga untuk mengingatkan peserta agar selain menyebutkan juga menunjuknya. Sayangnya, beberapa diantara mereka tidak melihat kearah saya.  #para pengantar yang mengintip dari jendela mungkin berpikir juri paling pojok- yang tidak lain tidak bukan adalah saya- sedang melakukan bahasa isyarat atau kode-kode rahasia. Hadeh#. 
Tidak sedikit yang diam mematung selama beberapa menit #bila dalam cerita komedi langsung ada backsound suara jangkrik :kriiik kriiik kriik#. Banyaknya pengucapan kata-kata yang membuat saya tersenyum seperti:  /ais bro/ untuk eyebrow # mengucap ‘brow” seperti gaya menyapa temannya “hai bro”#. Ada cerita lucu tentang panggilan “Bro” yang sedang nge-trend ini. Ternyata pada suatu ketika ibu saya pernah menjumpai beberapa ibu-ibu juga menggunakan sebutan ”Bro” untuk menyapa teman-temannya sesama ibu-ibu. Anda bisa membayangkan bagaimana para ibu-ibu tersebut bercakap-cakap
“ Hai bro, yuk arisan PKK bro”. #Bisa-bisa mereka bakalan ikutan “Ciyus”- “Miapah”. kwkwkwkw#. Selain itu juga terdapat pengucapan /lig/ untuk leg, /tum/ untuk thumb, /mut/ untuk Mouth . Kesalahan dalam menyebutkan apa yang ditunjuk seperti menyebut “bottom” saat memegang pundak  atau memegang pinggang sambil menyebut “shoulder”. #Well, anak-anak ini tetap lucu terlepas dari kesalahan yang mereka lakukan pada saat perform. Saya begitu mengapresiasi keberanian mereka. They are excellent children#.
Kelucuan mereka tidak berhenti, bahkan gerakan mereka di panggung juga mengundang senyum simpul saya. #hmmmm, senyum simpul, berasa manis aje neng#. Ada yang beraksi sambil bergoyang- goyang kekiri dan kekanan, ada yang seperti sedang mencari benda yang hilang saat menyisir badannya bolak balik dari atas ke bawah- sekiranya ada bagian tubuh yang belum disebutkan, bahkan ada anak yang seperti sedang melakukan senam irama bertempo cepat ketika menunjuk anggota badan, menyebutkan  dan dengan benar mengejanya. # catatan untuk peserta ini:  saya menghentak-hentakkan kaki sembari mengangguk-angguk seakan sedang mengikuti bagian inti dalam senam aerobik, dengan ritme 1 2 3 4, 1 2 3 4. Tanpa pemanasan sebelumnya tentunya. ngosh ngosh#.

Kejadian diluar ruangan tidak kalah mengusik benak saya. Sementara di dalam beberapa peserta tampil, salah satu peserta yang menunggu giliran melongok ke jendela sambil berteriak-teriak” Wah ada Miss Wina. #Wow, saya berpikir, saya popular juga ya. Uhuy#. Anak laki-laki tersebut terus saja berteriak “ Miss Wina, Itu lho Miss Wina, ada Miss Wina. Iya, yang itu yang di pojok. He eh, itu Miss Wina  katanya terdengar seperti sedang berbincang dengan temannya.#saya jadi merasa bak artis dadakan.Suit suit#. Saya kemudian berpikir pasti dia adalah salah satu anak didik saya di lembaga tempat saya bekerja. Dan benar saja, belakangan baru saya ketahui bahwa tebakan saya itu tidak meleset. Mungkin kehebohan yang dilakukan anak itu sesuatu yang biasa saja akan tetapi saya terharu karena setidaknya ada yang mengenali saya. hick3 . Dan mengalunlah lagu “Don’t cry…  Don’t be shy… Kamu Cantik Apa Adanya” #Lho, nggak nyambung#. Entah mengapa lagu ini selalu hadir diingatan ketika saya teringat akan polah tingkah lucu anak-anak didik saya.

Kembali lagi ke acara, setelah sekitar kurang lebih 6 jam akhirnya perlombaan selesai. Akhirnya diputuskan beberapa nama yang menjadi juara pertama, kedua, harapan satu, harapan dua serta harapan tiga. Ada hal yang sedikit menggelitik juga yang tejadi sebelum saya pulang ke rumah. Di dalam pengumuman lomba yang akan dipasang oleh pihak penyelenggara, harus disertai dengan tanda tangan salah satu juri. Dan karena juri yang lain memiliki kepentingan setelah acara lomba, maka saya yang ditunjuk untuk menandatangani. Di dalam lembar tersebut tercantum nama dan gelar saya dan karena nama saya yang lumayan panjang, maka kata ketiga dalam nama saya disingkat sehingga hasilnya menjadi seperti ini: Wina P**** A,SS. Saya tidak terlalu memperhatikan ketika saya membubuhkan tanda tangan. Akan tetapi selang beberapa saat kemudian saya menyadari bahwa singkatan Anya tidak menggunakan titik sehingga sekilas seperti membentuk kata yang kurang sopan disebutkan . #Fyuuuh… sepertinya tidak akan apa-apa?karena “unconsciously and unintentionally to write that”#.

Finally, my duty as a jury was over = Tugas saya menjadi juri telah berakhir. Akan tetapi,  banyak hal yang bisa saya pelajari dari pengalaman ini. Semangat dan keberanian para peserta yang notabene masih sangat muda ini. Yang tidak kalah penting adalah pembelajaran arti sebuah tanggung jawab. Sebagai juri kita bertugas menilai, memutuskan yang terbaik diantaranya serta bertanggung jawab terhadap keputusan yang sudah diambil. Dan apapun keputusan kita, kelak akan dimintai pertanggungjawaban. #ini yang membuat saya bergidik, resah gelisah sebelum perlombaan.hehehe#.

Pembelajaran yang didapat hari ini: bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini akan diminta pertanggung jawabannya kelak. Sehingga kita harus berusaha sebaik-baiknya dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab kita. 
Akhir kata: Cekap Semanten dan Terima kasih sudah membaca. :)