Ditemukan dalam note book mini saya,
tertanggal: 10 Mei 2010
(Tanpa
Judul)
I love Thursday. Begitu sampai hari
Rabu rasanya perasaan coffee sudah
plonk. Tidak lain tidak bukan karena hari kamis merupakan day off nya coffee. Biasanya, coffee mengisi hari libur
dengan bersantai dan tidur melebihi ambang batas normal.
Akan tetapi, tuntutan sebagai
seorang ibu (lebay music: mode on) mengharuskan coffee memeriksakan anak sulungnya “SiJO” ke bengkel langganan. Servis bulanan, ganti oli, serta
pengecekan air aki adalah segelintir medical checkup buat anak coffee yang paling disayang ini. Agenda
selanjutnya setelah dari bengkel adalah ke salon. Biasanya bapak-bapak yang ke
bengkel sementara ibu-ibu ke salon, tapi coffee
dan SiJO menjalani dua rutinitas
tersebut. SiJO memang tak muda lagi
dan tidak se-trendi motor bebek atau malah motor matic yang sekarang membanjiri
jalanan. Tapi SiJO cukup anggun
untuk ukuran motor lama (dibuat tahun 2004). Begitu dicuci, anak coffee ini akan menjelma menjadi bebek
110 cc yang kinclong. Jadi , setelah medical checkup coffee akan memandikan SiJO.
Biaya perawatan memang cukup mahal (servis=20 ribu, ganti oli=25 ribu, belum
biaya ganti onderdil yang sekali periksa bisa mencapai 100 ribu). Tapi demi SiJO, semua itu tak begitu terasa
nilainya. Karena coffee sangat
menyayangi SiJO. SiJO menemani
kemana coffee pergi. Saat hangout
dengan teman, saat touring dengan anak kampus, saat bersama keluarga, saat
kerja, saat mudik, bahkan saat ngedate
dengan pujaan hati. SiJO benar-benar
dekat dimata dekat dihati. Bagai Hachiko dengan Profesor pemiliknya, saling
memahami dan saling setia. Satu frasa buat SiJO
“ Tuk selamanya, tetaplah di sisiku”. SiJO
replay:” Ku tetap disisimu” (coffee
feat SiJO, cover lagu ” Kau Disisiku
Selamanya” Bunga Citra Lestari feat Christian Bautista).
# Kembali ke lapotop# SiJO adalah motor
bebek 110 cc keluaran tahun 2004 berwarna biru yang saya pergunakan untuk
menunjang aktivitas saya selama ini. Dinamakan SiJO karena merupakan kependekan
dari shogun ijo. Entah mengapa pada saat
itu saya bersikeras menamakan motor ini seperti itu meskipun sebenarnya motor
saya ini bukan berwarna hijau tapi biru.#kwkwkw#. Untungnya teman dan keluarga
saya tidak memprotes dan menerima julukan itu. Jadilah SiJO sebagai nama
panggilan resmi bagi motor kesayangan
saya ini.
Saya teringat
pertama kali saya mengendarainya adalah sewaktu saya masih duduk di bangku
sekolah menegah atas. Saat itulah juga pertama kalinya saya membuatnya tergores
setelah saya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ketika akan menaiki undakan
menuju tempat parkir sepeda motor di rumah saya.
Ada beberapa hal
yang saya alami dengan SiJO baik ketika melakukan perjalanan jarak pendek
maupun jarak jauh. Baik itu saya sendiri yang mengalaminya ataupun teman- teman
saya yang kebetulan menjadi Ridernya SiJO.
1. Saya dan SiJO
(Bagian stang –kemudinya) pernah tidak
sengaja menggares badan samping truk
yang akan belok. SiJO mengalami kelupas cat
sementara jari manis saya tergores dan berdarah. Kejadian ini saya alami saat saya sedang dalam
perjalanan menuju sebuah sekolah dasar negeri di daerah Kedawung – Malang.
Gambaran saya
saat itu: Terpaksa menulis di papan tulis
dengan gaya jari melentik- bak seorang penari - ketika mengajar di kelas. xixixi
2. Saya dan SiJO
in “Trenggalek Crash” #karena terjadi di
daerah Trenggalek# . Ini bermula ketika saya berusaha menyalip iring- iringan
motor didepan saya. Kebetulan didepan saya ada sepeda motor membawa rombong
kerupuk besar yang juga akan menyalip dan saya pun dengan santainya mengikuti
motor yang bersangkutan dari belakang . Tanpa saya duga, dari arah berlawanan
sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi menyalip dan berada di garis batas
tengah jalan. #Ctaaaak …..hehehe kurang
dramatis sepertinya #Selama 2 detik, stang kami saling beradu dan akibatnya
motor saya sempat oleng. Saya kemudian menepi dan mendapati stang SiJO yang
sedikit bengkok serta rasa sakit pada
jari manis saya #Peristiwa terulang lagi saudara-saudara,
ada apa dengan jari manis saya?hix2.jadi langganan lukanya#. Sementara itu perjalanan masih
sekitar 2 jam an sebelum saya tiba di rumah. Alhasil dengan dibalut tissu dan
selotip transparan ala kadarnya saya melanjutkan perjalanan. Dengan jari manis yang tidak bisa di tekuk ,
saya mengemudikan motor dengan sangat pelan dan hati-hati. # Gaya saya waktu itu hampir seperti gaya orang
menari : jari jempol-telunjuk-tengah membentuk lingkaran karena harus menarik
gas, jari manis saya lurus , sementara jari kelingking saya menunjuk ke atas.unbelievable
….. #.
3. Teman dan SiJO
(Episode:Aki belum diganti- klakson tidak berbunyi). Pada saat itu, teman saya
membutuhkan SiJO dan saya tidak ingat jika Akinya
bermasalah.#maafkan daku Teman# Di jalan rupanya ada kejadian waktu teman saya melewati pasar dimana jalanan
ramai dengan pembeli dan pedagang.Ketika itu klakson tidak berbunyi walau sudah di
tekan secara berulang-ulang. Seperti kata pepatah tak ada rotan akarpun jadi, jadilah dengan
cerdiknya teman saya berkata” Nyuwun sewu Pak, nyuwun sewu Bu”=
“Permisi Pak, permisi Bu” sebagai
pengganti suara klakson agar orang-orang melonggar memberi jalan untuk dilewatinya. Untungnya tidak ada kejadian
lebih gawat yang terjadi melebihi insiden klakson ”Nyuwun Sewu” dan
Alhamdulillah teman saya selamat sampai di tempat tujuan.
4. Seminggu tiga kali ke tempat tambal ban.
Pada saat itu SiJO mengalami kebocoran
ban. Lokasi penambalan pertama adalah milik mas2 yang terletak tidak jauh dari
tempat kos saya. Empunya reparasi menyatakan bahwa ban saya bocor sebanyak 6
titik dan saya yang keheranan mulai berpikir apa penyebabnya # saya berpikir keras, mengingat ingat rute
jalanan yang saya gunakan sebelumnya, rasa-rasanya tidak mungkin sampai
sebanyak itu#. Tetapi saya tidak terlalu ambil pusing, yang penting ban sudah diganti baru dan SiJO bisa kembali normal.
Keesokan harinya,
saya diajak teman saya untuk menemui kenalannya di daerah sekitar lapangan
Rampal Malang. Sebelum tiba di kosan, ban motor saya tiba-tiba kempes. Saya
memutuskan membawanya lagi ke tambal ban akan tetapi kali ini bukan ditempat
yang pertama. Saya menjadi sedikit curiga dengan tempat pertama karena baru
sehari sebelumnya saya mengganti ban. Menurut bapak-bapak tambal ban di tempat kedua, ban mengalami kempes karena pemasangan klep ban dalam yang tidak pas.
Lega mendengarnya, karena ternyata saya tidak harus mengganti ban dalam lagi.
Hari berikutnya,
hal serupa terjadi dalam perjalanan menuju tempat mengajar saya yang kebetulan
lumayan jauh. Ban saya mengalami kempes, dan bapak penambalnya mengatakan hal
yang membuat saya semakin ternganga” Mbak, ini ban nya bocor karena memang
kualitas bannya udah jelek” .Saya kemudian menjawab” Lho baru beberapa hari yang
lalu ganti ban dalam Pak”. Menurut Bapak itu lagi, kemungkinan ban dalam baru
yang kemarin itu stok yang jelek atau stok lama jadi baru digunakan beberapa
hari sudah rusak. #jiyaaaa#. Terlepas dari benar tidaknya keterangan si bapak,
ini sudah membuat saya trauma dengan tambal ban.
Dan itulah sepintas memorabilia dengan SiJO yang sebenarnya masih ada banyak lagi yang bisa saya bagi. Mengingat keterbatasan waktu dan space, saya hanya menulis 4 poin saja. hehehe.
Dalam proses mengingatnya, membuat saya merindukan kembali menjadi Ridernya. Menyusuri
tempat yg biasa kami lewati dulu. Jalan – jalan di kota plat N ini masih sama meskipun
banyak beberapa bangunan baru. Yang berbeda adalah saya tidak lagi bersama SiJO
dan mendadak menjadi fans angkot ADL, AG atau GA.
Untuk saat ini
belum memungkinkan membawa SiJO. Akan tetapi SiJO: I love you as always,
meskipun saat ini kita terpisah jarak ratusan kilometer. #mulai lebay, efek sabtu minggu libur cuma gajiannya hari senin#Meskipun
invasi motor matic dimana-mana, someday we’ll spend our time together SiJO, again.