Welkomen This Is Me - The one and only Wina Anggari

And the stories begin ....

Tuesday, March 12, 2013

Katakan TIDAK!! Pada “Coba Lagi”

Backsound lagu : Nggak nggak nggak kuat, nggak nggak nggak kuat, aku nggak kuat kalo nyoba lagi#cover “Playboy” seven Icons#. Begitulah ungkapan tulus dari lubuk hati saya yang terdalam apabila saya harus mencoba lagi memakan makanan dan meminum minuman yang akan saya jelaskan berikut ini. Sebenarnya bagi yang menggemarinya, makanan dan minuman ini tidak bermasalah. Akan tetapi bagi saya, mengkonsumsinya benar-benar sesuatu yang saya sangat tidak berharap mengalaminya lagi. #makanan minuman yang cetar membahana dan terpampang nyata ini telah sukses membuat saya ingin muntah walau hanya dengan mengingatnya namannya. So sweet#. Dan sekali lagi, tulisan ini bersifat subyektif atau personal menurut saya. Jadi seperti sudah saya sebutkan sebelumnya, bagi yang menggemarinya makanan dan minuman ini enak, tidak berbahaya untuk dikonsumsi serta tidak ada yang salah dengan ini. Mari kita mulai saja :
1.  Pare nya Siomay
Kejadian ini saya alami sewaktu saya dan beberapa teman satu kos menghabiskan minggu pagi dengan jogging dan jalan-jalan ke pasar Minggu. Setelah cukup lama berkeliling, salah seorang teman mengajak teman–teman yang lain #termasuk saya# makan siomay. Itu adalah pertama kalinya saya mencoba siomay. Seperti inilah transkrip percakapan saat itu:
Teman 1          : “Makan siomay yuuk . Laper nih.”
Saya                :” Ok” #ekspresi datar padahal dalam hati kegirangan karena ini pengalaman pertama saya makan siomay. Uhuy#
Teman 2          :” Aku pesenin ya?. #dia menanyai satu persatu teman saya dan tibalah giliran saya#. Win (ini nickname saya), pakek pare nggak?. Pakek aja ya sama kayak anak-anak.”
Saya                : “Pare apaan sih?” #saya dengan muka dong-dong bertanya pada teman saya#.
Teman 3        :”Wis ta lah dijamin enak nggawe Pare.” (artinya: Udahlah, dijamin enak pakai Pare). #dengan bahasa jawa teman saya mencoba menyakinkan saya dibarengi dengan anggukan setuju dari teman-teman saya yang lain#
Teman 1          :” Tapi nanti harus dihabiskan ya. Kalau habis nanti aku yang bayar.”
Saya          :”Wokey!.”# masih agak bingung juga tapi meng-iyakan karena mendengar bendera “GRATIS” berkibar. Ha3#
Entah mendapat ilham dari mana atau saya yang salah mendengar, pare yang ada dipikiran saya tidak sama dengan bentuk nyatanya #saya mengira pare itu sama dengan paru, yaitu paru-paru ayam yang digoreng#.Setelah penjual siomay mengantarkan pesanan kami, saya mengamati beberapa saat bentuk pare sebelum saya melahapnya. WOW… rasanya…. Pahiiiiiit banget. Ekspresi saya berubah drastis seketika saya mulai mengigitnya dan teman-teman saya tertawa ngakak melihatnya. Ternyata usut punya usut mereka memang sedari awal berniat mengerjai saya yang belum mengerti per-siomay an.#sungguh teganya dirimu.. teganya.. teganya… teganya…teganya…teganya… teganya… teganya oooh pada diriku: Meggy Z (Anggur Merah)#
Well, hal ini tidak membuat saya enggan memakan siomay akan tetapi semenjak saat itu, ketika saya membeli siomay dan penjualnya mengatakan:” Pakek pare, mbak?” langsung dengan sigap saya menjawab:”Oh tidak bisaaa.” 
2. Jamu Trap- ini jamu bukan teh
Dari judulnya saja Anda pasti sudah bisa menebak pengalaman apa yang akan saya bagi. Benar sekali, pengalaman salah meminum sesuatu yang saya kira adalah teh.
Cerita ini berawal ketika Bapak saya mulai rajin meminum jamu yang terbuat dari buah-buahan, daun-daunan dan biji-bijian tertentu yang diracik sendiri untuk menurunkan kadar gula darahnya. Beberapa bahan yang digunakan adalah buah pace, daun sirih merah, daun mindi, biji pala, dll. Kebetulan waktu itu, beliau mulai rutin meminum rebusan air dari daun Mindi#seperti apakah daun mindi itu, saya sarankan Anda mencari di search engine karena saya sulit menjelaskannya. He3#. Setiap sore, Bapak  saya merebus daun tersebut dan meminum air rebusannya yang bening dan berwarna mirip dengan teh. Dan karena karakteristik warnya yang mirip, kejadian salah meminum ini saya alami.
Saya adalah penggemar berat teh sedari kecil. Ibu saya yang baik hati dan tidak sombong selalu membuatkan teh setiap sore. #Love you Mom# . Pada waktu itu, saya yang baru datang dari rumah adik sepupu saya, mendapati segelas teh dimeja tempat Ibu biasa meletakkan teh saya. Saya langsung saja menyeruput minuman tersebut karena kondisinya sudah tidak terlalu panas. Setelah tegukan pertama saya berhenti karena saya tidak merasakan apa-apa. #”apa mungkin belum dikasi gula ya?” saya bergumam #. Saya kemudian membaui teh tersebut dan menyadari bahwa minuman ini tidak berbau wangi teh seperti yang biasanya saya minum. Kemudian bergegaslah saya ke dapur dan mendapati gelas teh saya yang masih belum di seduh air panas. Dan ternyata setelah saya menanyakan kepada Bapak saya, yang baru saja saya minum tersebut adalah jamu milik beliau. Seketika beliau tertawa mendengar cerita saya.hu3 #untung saja jamunya terasa tawar, bila pahit pasti menimbulkan trauma psikis berkepanjangan. Ha3. lebaaay#
Belajar dari pengalaman tersebut, mulai saat ini saya lebih berhati-hati sebelum meminum teh agar kejadian “ Jamu trap” ini tidak terulang kembali. JAMU TRAP! … Don’t try this at home. (Adegan ini dilakukan oleh professional. Jangan dicoba di rumah ya!) 
3. Sop Buntut Sapi – KW mungkin?
Teman saya dengan inisial EWM adalah seorang kuliner sejati. Dia mempunyai banyak referensi makanan yang enak dengan harga yang bervariasi dan yang paling penting sesuai dengan kantong kami anak-anak kos-kos an. Pada suatu malam, kami memutuskan berkendara melawan angin dingin meniup mencekam di bulan Desember#ha3, jadi nyanyi “Desember kelabu”#. Teman saya mendapat rekomendasi makanan Sop Buntut Sapi yang lezat di sebuah warung pinggiran utara kota. Dan meluncurlah kami berdua mencari tempat tersebut berbekal alamat yang tidak terlalu jelas. Setelah bolak balik menyisir jalan sesuai petunjuk yang didapat teman saya, kami tidak juga menemukan warung yang dimaksud. Keadaan kami saat itu seperti lantunan lagu alamat palsunya Ayu Ting-Ting #Dimana?… kemana? … dimana?#. Kalau sudah jodoh tak akan kemana, kami menemukan sebuah warung satu-satunya yang bertuliskan ” SOP BUNTUT SAPI”. Pertama-tama, kami agak ragu apakah ini warung yang dimaksud temannya teman saya. Akan tetapi karena perut kami sudah keroncongan, maka masuklah kami ke kedai tersebut yang tidak terlalu ramai pembeli. Penjualnya menawarkan kami : ”Porsi penuh atau separo, Mbak?”. Dengan terlebih dahulu saling pandang, kami khirnya memutuskan memesan: ” Porsi penuh, dua pak.
Sebelum pesanan kami datang, kami masing-masing membayangkan sekaligus penasaran akan betapa lezatnya makanan yang akan kami makan. Ini karena sebelumnya tak satupun dari kami yang pernah menyantap sop ini.
Dan tidak berapa lama, pesanan kami diantar dalam sebuah … # WOW … muka kaget sambil menelan ludah # Dua Mangkok Jumbo Super Besar. Seperti biasa, saya melakukan observasi sebelum menyatap hidangan. Hal pertama yang saya amati adalah kuahnya yang tidak bening #saya membayangkan kuahnya akan berwarna bening seperti sup-sup kebanyakan, he3#. Dan beberapa potongan kecil buntut sapi #Terlintas dipikiran saya seekor sapi hidup menggoyangkan ekornya ke kiri - ke kanan.. dan sekarang saya akan memakan ekornya#. Hal kedua yang pasti saya lakukan ketika tampilan fisik makanan “berbeda” adalah membauinya. Entah hidung saya terlalu sensitif sehingga bau yang saya tangkap membuat saya bergidik. Ternyata teman saya juga merasakan hal yang serupa. Kami mencoba berpikiran positif dan mulai menikmati makanan yang ada dihadapan kami. #secara kami kelaparan dari tadi Bro# Saya dan teman saya sampai tidak bisa berkata-kata , karena bagi kami rasa buntut sapi dan kombinasi supnya aneh. #Itulah mengapa pada judul saya tambahkan “KW mungkin”. Ha3#. Dengan beberapa kali menghela napas dan mencoba tidak menghiraukan aroma sup, kami sedikit demi sedikit menghabiskan makanan tersebut. Pada akhirnya kami sukses melahap separo buntut sapinya serta menyisakan ¾ mangkok kuah sop.#too bad, kami gagal menghabiskannya saudara-saudara.:(#.
Setelah membayar, kami segera bergegas pulang tanpa banyak berkomentar. Speechless dan No comment.  #mungkin takut muntah muntah ketika kami membuka mulut, karena rasanya masih sangat  terkenang-kenang dilidah kami#. Sop Buntut Sapi-KW? No Way!
4. Kedawung / Kedaung
Dan diantara kejadian yang saya alami, pengalaman inilah yang menurut saya paling dahsyat. Camilan ini membuat saya trauma psikologis, karena hanya dengan mendengar namanya saja saya langsung merasa ingin muntah. Apakah sebenarnya kedawung ini, kedawung adalah makanan ringan yang terbuat dari biji pohon kedawung yang digoreng#saya sarankan untuk sekali lagi mencari di search engine tentang informasi lebih detail pohon kedawung#.  Saat itu saya dan teman saya, inisial EWM lagi, sedang melakukan perjalanan menggunakan armada bus menuju kota apel. Selama perjalanan, tentu saja banyak pedagang asongan yang naik turun bus yang kami tumpangi. Dan tibalah seorang bapak pedagang yang dengan keras meneriakkan barang dagangannya” Kedaung… kedaung..”. Teman saya memanggil bapak tersebut, menanyakan harga sebungkus kedaung. Dia kemudian menanyakan kepada saya:” Mau nggak? kalo mau tak beliin”. Saya mengamati makanan yang masih nampak asing bagi saya dan berpikir mungkin rasanya seperti kacang mete goreng, he3. Saya kemudian menjawab:”Ya, boleh deh”.  Teman saya mengeluarkan selembar uang 2 ribuan untuk membeli 2 bungkus kedaung. Dan mulailah saya merasakannya, pahit ketika saya menggigit camilan ini. Saya tidak kuasa menelannya dan rasa pahit itu masih terasa bahkan setelah saya mementahkan dengan paksa makanan yang baru saja saya gigit. Malangnya, kami tidak membawa air minum sehingga saya tidak bisa menetralkan rasa pahit tersebut. Ditambah lagi tidak kami jumpai pedagang yang menjual air minum. #ku lari kegunung … lalu teriakku. ku lari ke pantai.. lalu teriakku. Puisi dalam rangka balada mencari air minum#. Setelah lima menit berselang, nampaklah pedagang asongan penjual minuman naik ke dalam bus. Saya langsung saja membeli air minum. Sementara itu, teman saya cekikikan melihat tingkah heboh saya  pada waktu itu. Entah mengapa, saat ini setiap kali mendengar kata “ kedaung”  saya langsung seperti ingin muntah. Mungkin pikiran saya yang secara tidak sadar mensugestikan hal tersebut. #kedaung=pahit=muntah#. Padahal makanan ini cukup laris dipasaran dan banyak peminatnya lho. Akhir kata tentang makanan ini: Bitter doesn’t feel better for me (Pahit tidak terasa baik/enak buat saya).
Setiap makanan atau minuman yang kita pernah santap pasti beraneka ragam rasanya. Dan begitu juga ada banyak rasa di kehidupan yang kita jalani, kadang kita merasa bahagia, sedih atau pun depresi. Roda kehidupan terus berputar, kita tidak akan merasakan kebahagian sebelum kita merasakan kesedihan dan sebaliknya. Kita tidak bisa memaknai anugerah kesehatan sebelum kita merasa sakit dan begitu pula sebaliknya.  Let be wise for our Life… for every single things we feel and face…  because Alloh SWT always  loves and gives the best to us . 
Penutup: Terima kasih telah berkenan membaca. Kalau saya bisa memilih untuk sekali lagi mencoba keempat makanan-minuman diatas saya akan berkata: Katakan TIDAK!! pada “Coba Lagi”. (Tulisan ini terinspirasi dari kertas bertuliskan“Anda Belum Beruntung,Coba Lagi” yang terdapat di dalam bungkus makanan ringan tahun 90 an yang dikenal di daerah saya dengan sebutan “Pao-Pao”).