Welkomen This Is Me - The one and only Wina Anggari

And the stories begin ....

Wednesday, May 16, 2012

Teachers Adalah Ed-2


Bagian Pertama
Teritorial understanding (T) atau pemahaman wilayah kerja
            Hal pertama yang harus ditekankan sebelum proses pembelajaran dimulai adalah pemahaman terhadap wilayah atau tertitorial understanding. Hal ini meliputi pemahaman dan penguasaan materi oleh pengajar yang bersangkutan, keadaan lingkungan pembelajaran, serta perkembangan psikologis anak-anak didiknya. Untuk pemahaman dan penguasaan materi, pengajar bisa menerapkan konsep literature study dengan menggunakan beberapa buku yang relevan dalam proses pembelajaran. Kemudian untuk pemahaman atas keadaan lingkungan pembelajaran dalam kaitannya dengan perkembangan psikologis anak didik, pengajar bisa melakukan field study atau studi lapangan. Disini pengajar bertindak sebagai peneliti yang terjun langsung dalam proses pengidentifikasian karakteristik masing-masing anak didiknya, bagaimana ketersediaan alat-alat bantu pendidikan serta kekondusifan lingkungan menunjang keefektifan proses pembelajaran. Pengajar bisa menggunakan catatan anekdot atau catatan kecil untuk kemudian mengubahnya menjadi laporan yang lebih sistematis. Dari catatan-catatan ini selanjutnya digunakan sebagai bahan evaluasi. Meskipun dalam field study orientasi pengajar lebih terfokus pada keadaan realitas dilapangan, penggunaan buku-buku psikologis atau buku-buku tentang pengajaran akan sangat membantu dalam mengindikasikan beberapa temuan dilapangan.

Bagian Kedua
Elaborate learning (E) atau pembelajaran terpadu dan menyeluruh
            Langkah selanjutnya setelah mengetahui dan memetakan keadaaan peserta didik, pengajar pemula harus menyusun perihal model pembelajaran yang akan dijalankannya. Sebagai rujukan, pengajar bisa menerapkan konsep C I E P Learning yang terbagi atas: Creative, Innovative, Educative dan Productive Learning. Creative Learning berhubungan dengan pembaharuan yang dilakukan pengajar dalam pemberian materi kepada anak didiknya. Pengajar memang tidak dituntut melakukan perubahan secara drastis terhadap penggunaan cara lama oleh pengajar-pengajar yang lebih senior tetapi pengajar pemula bisa melakukan pengembangan atau improvisasi terhadap cara penyajian materi terdahulu. Dalam hal ini, penggunaan peta konsep atau mind mapping serta penerapan Cross Combo Strategies yaitu penggunaan strategi lama dan strategi baru secara bersamaan untuk pemahaman yang lebih komprehensif, dapat dijadikan acuan dalam pendesainan Creative Learning. Innovative Learning mengacu pada pengefektifan penggunaan media-media yang bisa menunjang pengajar dalam penyampaian materi. Keleluasaan dalam mengakses informasi dari berbagai media massa bisa dimanfaatkan pengajar untuk menerapkan Innovative Learning yaitu suatu pembelajaran yang tidak hanya terpusat pada buku teks saja tetapi juga berorientasi pada hal-hal diluar ranah disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah formal (students have to think outside the box). Sisi positif dari sistem ini adalah baik pengajar maupun anak didik dituntut untuk jeli dan tanggap terhadap keadaan dan pereubahan lingkungan sekitarnya. Educative Learning masih berkaitan dengan kedua konsep sebelumnya, terutama dalam penerapannya. Tingkat kekritisan serta kepekaan anak didik dalam menanggapi impuls atau rangsangan terutama yang berhubungan dengan keilmuan tidak bisa serta merta di generalisasikan karena setiap anak dilahirkan mempunyai kemampuan kognitif serta psikomotorik yang berbeda antara satu dan lainya.  Dan karena ini juga seringkali tidak muncul dengan sendirinya, keduanya harus dirangsang dengan metode pembelajaran educative learning yaitu sistem pembelajaran dalam rangka menajamkan kepekaan dan kekritisan anak terhadap materi-materi yang mereka terima. Kepekaan dan kekritisan bisa dirangsang lewat pemberian studi kasus sebelum suatu materi disajikan. Pengajar menerapkan model komunikasi dua arah dengan dialog yang juga melibatkan anak didik. Anak didik akan dengan sendirinya merespon dan kemudian mengintegrasikan seluruh informasi yang didapat dari buku maupun dari luar meskipun tidak semua dari mereka mampu mewujudkannya dalam bentuk bahasa verbal atau lisan. Sekali lagi kepekaan serta kekritisan itu tidak serta merta muncul tetapi melalui proses yang terus-menerus diasah. Productive Learning lebih terpusat pada model pembelajaran yang merangsang produktivitas anak dengan menggabungkan antara kemampuan kognitif serta kemampuan afektif yang berhubungan dengan kepekaan terhadap impuls dalam rangka menghasilkan sesuatu yang lebih konkrit. Anak didik didorong untuk memahami materi secara keseluruhan dalam suatu kegiatan yang bisa mengembangkan daya kreativitas serta imajinasi mereka untuk menghasilkan sesuatu misalnya berupa kegiatan bertema recycle dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar peserta didik.
To be continued ..... (berandai-andai ini artikel bisa striping kayak sinetron-sinetron.hehehe)

No comments:

Post a Comment