Ini dia lanjutannya (selamat membaca ya)
Bagian 3
Assimilate
roles (A) atau asimilasi berbagai peran
Seorang
guru mempunyai banyak peran, tidak hanya sebagai seorang pengajar tetapi juga
sebagai orang tua, teman, kakak bahkan seorang motivator bagi anak didiknya
serta peran-peran lain yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya. Sukadi
(2009:19) mengutip Adam dan Decey dalam buku mereka Basic Principles of Student Teaching mengatakan bahwa dalam proses
belajar-mengajar, guru memiliki berbagai peran, diantaranya sebagai pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, pengantar lingkungan, partisipan, ekspeditor,
perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan konselor. Dengan
berbagai peran ganda yang harus dijalani, seorang guru sering mengalami stress
terlebih lagi pada guru pemula yang masih mengerucutkan konsep pemikiran dan pengetahuannya sebagai
pengajar semata Sebagai pendidik, pengasimilasian peran ini harus diperhatikan.
Anak didik diibaratkan kertas yang masih kosong dan guru adalah pengisi dan
pemberi warna didalamnya. Pemberian warna yang berbeda pada masing-masing
kertas dan gradasi yang ditimbulkan akan mengubahnya menjadi sebuah mahakarya
yang luar biasa. Disini guru dituntut untuk memainkan berbagai macam warna.
Dengan kata lain, guru harus bisa secara fleksibel berperan ganda yang
disesuaikan keadaan anak didiknya. Satu hal yang perlu ditekankan,
pengasimilasian ini tetap tidak bisa mengubah perbedaan peran dan kedudukan
antara seorang guru dan anak didik. Kedua pihak tidak diperkenankan saling
melampaui batas yang sudah ditetapkan, dalam hal ini berkaitan dengan hak dan
kewajiban masing-masing.
Bagian 4
Characterization
and self-awareness (C) atau karakterisasi dan kesadaran dari diri sendiri
Menurut
Sukadi (2009) seorang guru efektif memiliki dua puluh ciri kepribadian yaitu:
memiliki stabilitas emosi, percaya diri (optimis), memiliki kesabaran,
sederhana, tahu batas, adil, realistis, humoris, berpenampilan tenang, antusias
(bersemangat), menghargai peserta didik, selalu mawas diri, berpikir positif,
disiplin, bertanggung jawab, berwibawa, perhatian terhadap siswa, selalu
belajar, membangun citra diri sehat para siswanya, berpenampilan menarik. Pada
intinya berkutat pada bagaimana seorang figur guru menampilkan sisi positif
mereka dihadapan anak didiknya. Dan yang lebih krusial adalah self awareness atau kesadaran terhadap
diri sendiri. Kesadaran ini meliputi pemahaman tentang kekurangan dan kelebihan
diri sendiri sebagai seorang guru serta bagaimana menempatkan pada porsi yang
tepat sebagai seorang pendidik. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk
membentuk aura positif yaitu Appereance
atau penampilan, Attitude atau sikap
dan pembawaan, serta Aptitude
atau keahlian.
Appereance berkaitan dengan penampilan
keseharian guru ketika mengajar. Disadari atau tidak penampilan serta gaya
berbusana seorang guru berpengaruh terutama selama kegiatan belajar mengajar.
Ketika para pengajar ini berpakaian secara berlebihan dan tidak pada tempatnya
akan cenderung menimbulkan berbagai reaksi dari anak didiknya baik secara terang-terangan
atau tersembunyi. Konsentrasi anak didik akan terpecah diantara ketertiban
mendengarkan penjelasan guru mereka dengan kesenangan mengomentari penampilan
guru mereka saat proses belajar mengajar berlangsung. Seperti disebutkan diatas
bahwa seorang guru memang harus berpenampilan menarik tetapi banyak yang
kemudian salah menafsirkan bahwa menarik berarti harus bergaya busana yang lain
daripada yang lain setidaknya terlihat lebih dibanding sejawatnya. Menarik adalah ketika ada kesesuaian, keselarasan
dan ini bisa tercermin dari kesederhanaan. Guru yang berpenampilan menarik
adalah yang berpakaian sederhana, sopan serta mengetahui batas atau etika dalam
berbusana.
Attitude berhubungan dengan sikap atau
pembawaan seorang pengajar seperti sifat sabar, berwibawa, penampilan tenang,
humoris dan seterusnya. Tidak ada manusia yang terlahir dengan semua pembawaan
positif diatas akan tetapi semua mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih baik.
Pembawaan seorang guru mendorong anak didiknya memberikan apresiasi
terhadapnya. Apresiasi yang positif berbentuk penghargaan serta kecenderungan
untuk menghormati dan menaati perintah gurunya sedangkan apresiasi negatif
berupa perlawanan serta keengganan untuk menghargai dan melaksanakan perintah
gurunya. Apresiasi inilah yang juga mendukung keefektivan proses pembelajaran.
Aptitude mengacu pada skill atau
keahlian yang dimiliki seorang pengajar yang relevan dalam proses pembelajaran
misalnya keahlian dalam mengontrol emosi, mengatur kelas, menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, dan lain-lain. Keahlian-keahlian seperti ini
sangat penting Karena salah satu faktor pendukung terselenggaranya proses
belajar mengajar yang efektif bersumber dari keahlian dan performa guru di
dalam kelas. Penampilan dan pembawaan memang mutlak harus dimiliki pengajar
tetapi kedua hal tersebut tidak banyak memberikan sumbangsih dalam pelaksanaan
pembelajaran efektif jikalau pengajar bersangkutan tidak memiliki aptitude yang
baik.
Ketiga
hal tersebut (appereance, attitude
serta aptitude) bisa dijadikan acuan
untuk menempatkan kekurangan dan kelebihan kita pada porsi yang tepat,
sewajarnya dan seharusnya saja. Diharapkan dengan mendalaminya akan lebih mudah
bagi pengajar pemula untuk memunculkan aura positif mereka.
No comments:
Post a Comment